Kulit Gatal Karena Tungau?
Begini Cara Mengatasinya

 

Pernahkah Moms lihat si Kecil bangun tidur dengan kondisi kulit yang gatal dan kemerahan? Wah, bisa jadi si Kecil mengalami gigitan tungau kasur. Walaupun sulit untuk terlihat, tungau sebenarnya banyak ditemukan di sekitar kita. Gigitan tungau dapat menimbulkan rasa gatal dan iritasi pada kulit. Meski umumnya cenderung tidak membahayakan secara medis, adanya bekas gigitan tungau dapat mengganggu aktivitas hingga penampilan. Jangan sampai terlambat, yuk Moms sama-sama belajar bagaimana cara mengatasi gatal-gatal karena tungau di bawah ini.

Tungau | Zambuk
Mengenal Apa Itu Tungau

Tungau adalah serangga kecil yang termasuk dalam golongan kutu dan laba-laba. Tungau seringkali menimbulkan rasa gatal atau gigitan misterius karena ukurannya yang sangat kecil dan sulit dikenali. Biasanya bekas gigitan tersebut paling umum tampak bekas kemerahan dan terasa panas di kulit. Tungau tinggal di tempat berdebu yang memiliki lipatan atau celah-celah kecil untuk bersembunyi, misalnya di kasur, sofa atau bantal (1,2).

Jenis-Jenis Tungau

Gatal karena tungau bisa sangat mengganggu. Jenis-jenis tungau sendiri juga sangat beragam, beberapa yang dapat menggigit manusia, antara lain:

  1. Tungau debu (Dust Mites): Tungau debu berukuran sangat kecil, sehingga tidak dapat terlihat dengan kasat mata. Berwarna putih dan memiliki 8 kaki seperti serangga, tungau debu bisa tinggal di tempat tidur, karpet bahkan boneka. Rata-rata, setiap orang akan meninggalkan serpihan kulit setidaknya 1,5 gram sehari. Mereka bisa tetap hidup dengan memakan serpihan kulit manusia yang tertinggal di benda-benda tersebut (3)
  2. Sarcoptes Scabiei: Skabies bukanlah nama infeksi, namun lebih ke invasi tungau. Mulanya, tungau kecil bernama Sarcoptes Scabiei mendirikan rumah di bagian luar kulit manusia. Ketika tungau ini membuat rumah dan bertelur di dalam kulit, maka akan menyebabkan gatal dan ruam merah (4).
  3. Demodex: Ada dua jenis tungau demodex yang sering mengganggu manusia, yaitu Demodex Folliculorum (menempel di sekitar wajah) dan Demodex Brevis (menempel di sekitar leher dan dada). Kedua tungau Demodex ini biasanya hidup dengan memakan sel kulit dan minyak pada kulit tubuh manusia (5)
  4. Chigger: Chigger biasanya bertempat tinggal di rerumputan dan bisa ditemui di kawasan kebun, hutan, danau atau halaman belakang rumah. Ketika kita bersentuhan dengan rumput yang terdapat larva tungau jenis ini, mereka bisa terus menempel selama 4 hari untuk menggigit kulit manusia. Ketika mereka sudah tidak menempel lagi, barulah kulit akan mengalami benjolan yang mirip seperti jerawat (6)

Karena ada begitu banyak jenis tungau, gejala gigitan akan bervariasi. Namun, efek umum dari semua gigitan adalah gatal. Gejala lain dapat berupa bintik merah dan lesi kulit yang terasa panas atau perih (2).

Efek Samping dari Gigitan Tungau

Jika si Kecil memiliki alergi atau asma, makhluk kecil yang tinggal di rumah ini bisa membuat masalah besar. Meskipun Moms maupun si Kecil tidak dapat melihatnya, si Kecil mungkin mengalami reaksi alergi terhadapnya. Biasanya reaksi alergi atau asma ini sering disebabkan oleh gatal karena tungau debu. Gejala alergi tungau debu yang umum meliputi (3):

  • Bersin.
  • Batuk pilek.
  • Mata gatal, merah atau berair.
  • Hidung tersumbat.
  • Hidung, mulut, atau tenggorokan gatal.
  • Kulit yang gatal.
  • Postnasal drip (aliran lendir dari belakang hidung ke tenggorokan).

Jika alergi tungau debu memicu asmamu, kamu mungkin juga mengalami (3):

  • Sulit bernafas.
  • Dada sesak atau sakit.
  • Suara siulan atau mengi saat bernafas.
  • Kesulitan tidur yang disebabkan oleh sesak napas, batuk atau mengi.
Cara Mengatasi Gatal karena Tungau

Ingat, jika ada tungau di rumah, bukan berarti rumah tidak bersih. Di sebagian besar wilayah di dunia, makhluk ini hidup di setiap rumah, tidak peduli seberapa bersih atau kotornya. Tapi, Moms bisa mengurangi efek gatal karena tungau. Ada banyak perubahan yang dapat Moms lakukan di rumah untuk mengurangi jumlah “tamu” yang tidak diinginkan ini. Studi menunjukkan bahwa lebih banyak tungau debu hidup di kamar tidur daripada di tempat lain di rumah. Jadi, tidak ada salahnya untuk mencoba menerapkan beberapa cara mengatasi gatal karena tungau seperti (3):

  • Menutupi kasur dan bantal dengan penutup anti debu ritsleting. Penutup ini terbuat dari bahan dengan pori-pori yang terlalu kecil untuk dilewati tungau debu dan produk limbahnya. Mereka juga disebut kedap alergen (penyebab reaksi alergi). Penutup plastik atau vinil adalah yang paling murah, tetapi beberapa orang merasa tidak nyaman. Moms dapat membeli kain penutup kedap alergen lainnya dari banyak toko tempat tidur biasa untuk menghindari gatal karena tungau kasur.
  • Mencuci seprai dan selimut setiap minggu dengan air panas. Moms harus mencucinya dalam air dengan suhu setidaknya 130 derajat Fahrenheit atau lebih untuk membunuh tungau debu.
  • Menyingkirkan jenis kain yang disukai tungau dan yang tidak mudah dicuci secara teratur dengan air panas. Hindari karpet dari dinding ke dinding, gorden, kerai, furnitur berlapis kain, dan selimut serta bantal bulu di kamar tidur. Letakkan tirai tipe gulungan di jendela daripada model tirai.
  • Mintalah seseorang tanpa alergi tungau debu membersihkan kamar tidurmu. Jika hal ini tidak memungkinkan, kenakan masker penyaring saat membersihkan debu atau menyedot debu. 
  • Menyedot debu tidak cukup untuk menghilangkan semua tungau debu dan kotorannya. Sejumlah besar populasi tungau debu mungkin tetap ada karena mereka tinggal jauh di dalam sofa, kursi, kasur, bantal, dan karpet.
Cara Mengobati Gatal karena Tungau di Rumah

Jika si Kecil merasa telah terpapar tungau, langkah yang terbaik adalah untuk menghilangkannya sesegera mungkin. Semakin lama tungau menempel pada kulit si Kecil, semakin buruk gejala gatal karena tungau yang kamu alami.‌ Beberapa hal yang dapat Moms lakukan di rumah:

  • Mandi dengan air panas serta setidaknya dengan sabun dan gosok kulit si Kecil dengan waslap untuk menghilangkan tungau yang sebenarnya (1).
  • Pertolongan pertama yang dapat dilakukan ketika digigit tungau adalah dengan menggunakan salep. Saat ini, salep gatal karena tungau bisa Moms beli secara bebas di apotik. Pilihlah yang mengandung minyak eukaliptus (eucalyptus oil) dan camphor karena 2 kandungan tersebut dapat membantu meredakan gatal akibat gigitan tungau (7,8) pada si Kecil agar si Kecil tetap bisa #MainDenganNyaman tanpa khawatir dengan efek samping gigitan tungau.

CH-20220816-37

Artikel ini ditulis oleh:
dr. Jessica Gabriana

Artikel ini ditinjau oleh:
Tim Konsultan Medis Medical Advisor Bayer Consumer Health Indonesia

Referensi:
  1. Melinda R. What to Know About Mites. Web MD. 29 Juni 2021. Diakses pada 15 Juli 2022 dari https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/what-to-know-about-mites.
  2. Crystal Raypole. How to Identify and Treat Mite Bites, Healthline. 31 Juli 2019. Diakses pada 15 Juli 2022 dari https://www.healthline.com/health/mite-bites#treatment.
  3. Dust Mite Allergy. Asthma and Allergy Foundation of America. 2015. Diakses pada 15 Juli 2022 dari https://www.aafa.org/dust-mite-allergy/.
  4. Debra Jaliman. Scabies Slideshow: Symptoms, Cause, and Treatments. Web MD. Diakses pada 8 Agustus 2022 dari https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/ss/slideshow-scabies-overview.
  5. Dan Brennan. What Are Demodex Mites? Web MD. Diakses pada 8 Agustus 2022 dari https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/what-are-demodex-mites.
  6. Ann Pietrangelo. Chiggers: Little Bugs with a Big Bite. Healthline. Diakses pada 8 Agustus 2022 dari https://www.healthline.com/health/chigger-bites.
  7. Fang, F., Candy, K., Melloul, E., Bernigaud, C., Chai, L., Darmon, C., Durand, R., Botterel, F., Chosidow, O., Izri, A., Huang, W., & Guillot, J. (2016). In vitro activity of ten essential oils against Sarcoptes scabiei. Parasites & vectors, 9(1), 594. https://doi.org/10.1186/s13071-016-1889-3.
  8. Fu, Q. M., Zeng, B., Xiao, Q. Y., He, B. S., Huang, C. X., & Bao, M. H. (2021, June 15). Essential oils for the treatment of dust mites. E3S Web of Conferences, 271(E3S Web Conf.), 5. https://doi.org/10.1051/e3sconf/202127104032.